TAS HASIL DAUR ULANG SAMPAH
Pada
zaman modern saat ini masih banyak masyarakat yang membuang sampah rumahan
ditempat yang tidak seharusnya. Selayaknya beberapa limbah rumah tangga
tersebut ada yang bisa dijadikan sumber pemasukkan untuk mereka sendiri yaitu
sampah anorganik seperti plastik, bungkus kopi, dan bungkus sus bubuk.
Sampah organik tersebut bisa dibuat menjadi tas cantik
yang memiliki harga tinggi. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan pun mudah
untuk dicari. Cara membuatnya pun cukup mudah. Walaupun mudah, kalau tidak
dibarengi niat usaha dan doa semua yang akan dilakukan tidak akan pernah
terlihat mudah.
Dibawah
ini ada beberapa langkah mudah yang bisa dilakukan untuk membuat kerajinan tas
dari hasil daur ulang limbah sampah rumah tangga. Cara-Cara Membuat Tas Daur
Ulang tersebut adalah:
1. Siapkan
bungkus sampah anorganik seperti bungkus kopi instan, susu bubuk, detergen, dan
pewangi sachet.
2. Potongan bekas bungkus tersebut selebar 4 cm kemudian lipat ke
arah dalam sepanjang 1 cm dikedua sisinya sampai menghasilkan pita plastik
selebar 2 cm, lau buat pita seperti ini sebanyak minimal 1000 buah dari 500
bungkus bekas kopi instan.
3. Ambil 4 buah pita dan anyam seperti membuat baling-baling.
4. Selanjutnya tambahkan pita satu-persatu dan jangan lupa
membuat sudut tegak vertikal agar bisa dianyam ke arah atas. Bila proses ini
diabaikan maka anyaman hanya akan berbentuk seperti tikar saja dan tidak berupa
keranjang. Atur lebar dan tinggi anyaman sesuai kebutuhan.
5. Tahap terakhir yaitu, bagian dalam tas dapat anda beri lapis
dari kain perca agar tidak bolong-bolong.
Namun ternyata sudah ada beberapa
orang yang melakukan kerajinan tangan tersebut, sebut saja Riska dan Dimas. Jika
biasanya limbah atau sampah dianggap sebagai barang terbuang, maka ditangan
Rizka Tiara Dewi (20) dan Dimas Satriatmoko (31) sampah-sampah tersebut bisa
diolah menjadi beragam jenis kerajinan cantik seperti misalnya tas, dompet,
bross, gantungan kunci, dan lain sebagainya.
Bermodalkan
keprihatinannya melihat tumpukan sampah plastik di sekitar rumahnya, Riska dan
Dimas menggandeng beberapa temannya untuk mulai mengisi waktu luang mereka
dengan merintis bisnis kerajinan daur ulang sampah. Mengusung Eleven Handicraft
sebagai nama usahanya, Riska yang ditemui tim bisnis UKM pada Kamis (27/11) di
rumah produksinya yang terletak di Jalan Monjali no. 35 A Gemawang, Sinduadi,
Mlati-Sleman menuturkan bahwa usaha kerajinan limbah
tersebut mereka rintis sejak Oktober 2010 silam.
Memanfaatkan
bahan baku limbah seperti misalnya tras kresek (tas plastik), koran bekas,
majalah bekas, tabloid bekas, bungkus makanan dan minuman, manik-manik, serta
kemasan deterjen yang Ia peroleh dari sampah laundry maupun sampah rumah
tangga, selama ini Eleven Handicraft telah memproduksi aneka souvenir cantik
yang memiliki nilai jual cukup tinggi di pasaran.
“Eleven handicraft sendiri merupakan home industri yang
memproduksi aneka kerajinan dari bahan limbah tas kresek (plastik), kita juga
membuat kerajinan dari majalah bekas menjadi sebuah tas yang bisa dibawa pergi
kemana-kemana, selain itu kami juga membuat souvenir seperti misalnya gantungan
kunci dari manik-manik yang sering dipesan kalangan anak muda,” tutur Riska
dengan senyum manisnya.
Dengan
menawarkan keunikan bahan baku limbah yang mereka gunakan, sekarang ini produk
Eleven Handicraft tidak hanya dipasarkan di seputaran kota Jogja saja namun
juga mulai merambah Pulau Jawa dan Benua Amerika. Dibantu oleh 5 orang tenaga
produksi, setiap harinya Eleven Handicraft memproduksi beragam jenis tas dari
yang ukuran paling kecil sampai tas ukuran paling besar. “Kita buat dompet
souvenir dari yang paling kecil, tote bag, serta aneka macam tas dari yang
kecil sampai yang paling besar bisa kita produksi dengan bahan plastik,” ungkap
Riska yang diamini pula oleh Ade Bayu selaku tim support Eleven Handicraft.
Untuk mendukung
pemasaran produk Eleven Handicraft, Dimas dan Riska mulai memanfaatkan event
pameran serta media online seperti misalnya facebook, membuat blog, serta
memanfaatkan portal iklan gratis yang ada di dunia maya. “Meskipun begitu yang
paling efektif untuk pemasaran yaitu dari mulut ke mulut, tinggal diobrolkan dan
informasi akan tersebar ke khalayak ramai,” jelasnya.
Dibandrol
dengan kisaran harga sekitar Rp 5.000 sampai Rp 300.000,00 per pcs, kreasi
aneka tas, dompet, dan beragam jenis kerajinan daur ulang lainnya diproduksi
secara rutin serta bisa juga melayani pemesanan atau custom sesuai dengan
keinginan konsumen. Dari bisnis yang Ia jalankan bersama rekan-rekannya, Riska
dan Dimas setiap bulannya bisa memproduksi sekitar 40 buah dompet dan kurang
lebih 10 buah tas dengan omzet sekitar Rp 1.500.000,00 per bulan.
Walaupun selama
ini perjalanan bisnisnya masih terhambat oleh SDM dan sistem pemasaran, namun
Riska dan Dimas terus optimis ingin membesarkan bisnisnya guna memberikan
lapangan kerja bagi para pengangguran di sekitarnya. “Kedepannya kami ingin
bisnis Eleven Craft berkembang lebih besar dan bisa mengurangi sampah di
sekitar kita, serta memberikan lapangan kerja bagi pengangguran di Yogyakarta,”
pungkasnya di akhir pertemuan dengan tim bisnisUKM.
Pantang semangat dari Riska dan kawan-kawan patut diacungi
jempol, karena zaman sekarang sangat sedikit masyarakat Indonesia yang berfikir
untuk membuat usaha kecil-kecilan disebabkan SDM yang kurang memadai. Padahal
kalau saja kita bisa berusaha dahulu, kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk membantu memasarkan hasil kerajinan tangan tersebut sampai ke luar negri.
Referensi: