Minggu, 07 April 2013

TAS HASIL DAUR ULANG SAMPAH


TAS HASIL DAUR ULANG SAMPAH
Pada zaman modern saat ini masih banyak masyarakat yang membuang sampah rumahan ditempat yang tidak seharusnya. Selayaknya beberapa limbah rumah tangga tersebut ada yang bisa dijadikan sumber pemasukkan untuk mereka sendiri yaitu sampah anorganik seperti plastik, bungkus kopi, dan bungkus sus bubuk.
            Sampah organik tersebut bisa dibuat menjadi tas cantik yang memiliki harga tinggi. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan pun mudah untuk dicari. Cara membuatnya pun cukup mudah. Walaupun mudah, kalau tidak dibarengi niat usaha dan doa semua yang akan dilakukan tidak akan pernah terlihat mudah.
Dibawah ini ada beberapa langkah mudah yang bisa dilakukan untuk membuat kerajinan tas dari hasil daur ulang limbah sampah rumah tangga. Cara-Cara Membuat Tas Daur Ulang tersebut adalah:
      1. Siapkan bungkus sampah anorganik seperti bungkus kopi instan, susu bubuk, detergen, dan pewangi sachet.
      2. Potongan bekas bungkus tersebut selebar 4 cm kemudian lipat ke arah dalam sepanjang 1 cm dikedua sisinya sampai menghasilkan pita plastik selebar 2 cm, lau buat pita seperti ini sebanyak minimal 1000 buah dari 500 bungkus bekas kopi instan.

      3.  Ambil 4 buah pita dan anyam seperti membuat baling-baling. 
      4. Selanjutnya tambahkan pita satu-persatu dan jangan lupa membuat sudut tegak vertikal agar bisa dianyam ke arah atas. Bila proses ini diabaikan maka anyaman hanya akan berbentuk seperti tikar saja dan tidak berupa keranjang. Atur lebar dan tinggi anyaman sesuai kebutuhan.
    5. Tahap terakhir yaitu, bagian dalam tas dapat anda beri lapis dari kain perca agar tidak bolong-bolong.


             Namun ternyata sudah ada beberapa orang yang melakukan kerajinan tangan tersebut, sebut saja Riska dan Dimas. Jika biasanya limbah atau sampah dianggap sebagai barang terbuang, maka ditangan Rizka Tiara Dewi (20) dan Dimas Satriatmoko (31) sampah-sampah tersebut bisa diolah menjadi beragam jenis kerajinan cantik seperti misalnya tas, dompet, bross, gantungan kunci, dan lain sebagainya.
Bermodalkan keprihatinannya melihat tumpukan sampah plastik di sekitar rumahnya, Riska dan Dimas menggandeng beberapa temannya untuk mulai mengisi waktu luang mereka dengan merintis bisnis kerajinan daur ulang sampah. Mengusung Eleven Handicraft sebagai nama usahanya, Riska yang ditemui tim bisnis UKM pada Kamis (27/11) di rumah produksinya yang terletak di Jalan Monjali no. 35 A Gemawang, Sinduadi, Mlati-Sleman menuturkan bahwa usaha kerajinan limbah tersebut mereka rintis sejak Oktober 2010 silam.
Memanfaatkan bahan baku limbah seperti misalnya tras kresek (tas plastik), koran bekas, majalah bekas, tabloid bekas, bungkus makanan dan minuman, manik-manik, serta kemasan deterjen yang Ia peroleh dari sampah laundry maupun sampah rumah tangga, selama ini Eleven Handicraft telah memproduksi aneka souvenir cantik yang memiliki nilai jual cukup tinggi di pasaran.
            “Eleven handicraft sendiri merupakan home industri yang memproduksi aneka kerajinan dari bahan limbah tas kresek (plastik), kita juga membuat kerajinan dari majalah bekas menjadi sebuah tas yang bisa dibawa pergi kemana-kemana, selain itu kami juga membuat souvenir seperti misalnya gantungan kunci dari manik-manik yang sering dipesan kalangan anak muda,” tutur Riska dengan senyum manisnya.
Dengan menawarkan keunikan bahan baku limbah yang mereka gunakan, sekarang ini produk Eleven Handicraft tidak hanya dipasarkan di seputaran kota Jogja saja namun juga mulai merambah Pulau Jawa dan Benua Amerika. Dibantu oleh 5 orang tenaga produksi, setiap harinya Eleven Handicraft memproduksi beragam jenis tas dari yang ukuran paling kecil sampai tas ukuran paling besar. “Kita buat dompet souvenir dari yang paling kecil, tote bag, serta aneka macam tas dari yang kecil sampai yang paling besar bisa kita produksi dengan bahan plastik,” ungkap Riska yang diamini pula oleh Ade Bayu selaku tim support Eleven Handicraft.
Untuk mendukung pemasaran produk Eleven Handicraft, Dimas dan Riska mulai memanfaatkan event pameran serta media online seperti misalnya facebook, membuat blog, serta memanfaatkan portal iklan gratis yang ada di dunia maya. “Meskipun begitu yang paling efektif untuk pemasaran yaitu dari mulut ke mulut, tinggal diobrolkan dan informasi akan tersebar ke khalayak ramai,” jelasnya.
Dibandrol dengan kisaran harga sekitar Rp 5.000 sampai Rp 300.000,00 per pcs, kreasi aneka tas, dompet, dan beragam jenis kerajinan daur ulang lainnya diproduksi secara rutin serta bisa juga melayani pemesanan atau custom sesuai dengan keinginan konsumen. Dari bisnis yang Ia jalankan bersama rekan-rekannya, Riska dan Dimas setiap bulannya bisa memproduksi sekitar 40 buah dompet dan kurang lebih 10 buah tas dengan omzet sekitar Rp 1.500.000,00 per bulan.
Walaupun selama ini perjalanan bisnisnya masih terhambat oleh SDM dan sistem pemasaran, namun Riska dan Dimas terus optimis ingin membesarkan bisnisnya guna memberikan lapangan kerja bagi para pengangguran di sekitarnya. “Kedepannya kami ingin bisnis Eleven Craft berkembang lebih besar dan bisa mengurangi sampah di sekitar kita, serta memberikan lapangan kerja bagi pengangguran di Yogyakarta,” pungkasnya di akhir pertemuan dengan tim bisnisUKM.
            Pantang semangat dari Riska dan kawan-kawan patut diacungi jempol, karena zaman sekarang sangat sedikit masyarakat Indonesia yang berfikir untuk membuat usaha kecil-kecilan disebabkan SDM yang kurang memadai. Padahal kalau saja kita bisa berusaha dahulu, kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membantu memasarkan hasil kerajinan tangan tersebut sampai ke luar negri.
Referensi: